"Kekurangan tenaga kerja dan "tantangan berkelanjutan lainnya dari Brexit" adalah salah satu faktor yang menyebabkan kinerja Inggris lesu," ucap direktur Institute for Fiscal Studies.
Saat ini, Inggris setuju untuk mempertahankan standar tinggi tentang tenaga kerja dan perlindungan sosial, lingkungan, iklim; bidang lainnya untuk memastikan kondisi yang adil bagi perdagangan Inggris-UE.
Sebagai imbalan bagi UE yang menyetujui akses bebas tarif ke pasar tunggal untuk barang-barang manufaktur Inggris.
Tetapi, sekarang upaya Sunak untuk menunjukkan Inggris "mengambil kembali kendali" dengan membatalkan sebagian besar undang-undang yang dipertahankan UE dalam 10 bulan ke depan berisiko memicu krisis ekonomi terkait Brexit lainnya.***