UNICEF: Gaza Merupakan Tempat Berbahaya untuk Menjadi Seorang Anak-anak

- 23 November 2023, 15:50 WIB
Anak-anak Palestina mengalami trauma, ketika putaran kekerasan lainnya di wilayah tersebut memperburuk krisis kesehatan mental anak-anak Gaza, pada 7 Agustus 2022.
Anak-anak Palestina mengalami trauma, ketika putaran kekerasan lainnya di wilayah tersebut memperburuk krisis kesehatan mental anak-anak Gaza, pada 7 Agustus 2022. /Reuters/Mohammed Salem/

EDITORNEWS.ID - Menurut penjelasan kepala badan anak-anak PBB UNICEF pada hari rabu, 22 November 2023, Jalur Gaza merupakan tempat paling berbahaya di dunia untuk menjadi anak-anak.

Klaim ini berdasar kepada banyaknya korban anak-anak di bawah umur akibat serangan yang dilakukan Israel. Direktur eksekutif UNICEF Catherine Russel mengatakan bahwa, lebih dari 5.300 anak-anak Palestina dilaporkan tewas sejak serangan 7 Oktober, gempuran dahsyat diberikan oleh pihak Israel sebagai bentuk balasan atas serangan Hamas.

"Biaya sebenarnya dari perang terbaru di Palestina dan Israel ini akan diukur dalam kehidupan anak-anak mereka yang hilang karena kekerasan dan kehidupan mereka yang selamanya berubah karenanya. Tanpa mengakhiri pertempuran dan akses kemanusiaan penuh, biayanya akan terus tumbuh secara eksponensial," Russell, yang pekan lalu mengunjungi Gaza, mengatakan pada briefing dewan tentang perempuan dan anak-anak di sana.

Israel yang telah melakukan serangan habis-habisan dan membombardir Gaza dengan roket, bom, dan misil dari udara, serta melakukan pengepungan dan penyerangan dengan tentara dan tank kepada para warga Palestina.

Baca Juga: Perubahan Iklim Membawa Inggris untuk Bangkrut dalam 100 Tahun lagi, Berikut Penjelasannya

"Jalur Gaza adalah tempat paling berbahaya di dunia untuk menjadi anak-anak," kata Russell. "Di Gaza, efek kekerasan yang dilakukan pada anak-anak telah menjadi bencana besar, tidak pandang bulu dan tidak proporsional."

Pada hari Rabu kemarin, Israel setuju untuk melakukan gencatan senjata selama empat hari untuk membiarkan bantuan dan asupan kemanusiaan memasuki wilayah Palestina, dan melakukan pertukaran 50 sandra yang ditahan oleh Hamas dengan 150 warga Palestina yang ditangkap oleh IDF.

Duta besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menuduh Hamas mengeksploitasi anak-anak selama bertahun-tahun.

"Setelah jeda gencatan senjata berakhir, kami akan terus berjuang menuju tujuan kami dengan kekuatan penuh," katanya. "Kami tidak akan berhenti sampai kami menghilangkan semua kemampuan teror Hamas dan memastikan bahwa mereka tidak bisa lagi memerintah Gaza dan mengancam warga sipil Israel, wanita, dan anak-anak Gaza.”

Baca Juga: Nepal Melarang TikTok Beroperasi, Apa Penyebabnya?

Halaman:

Editor: Sylvia Hendrayanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x