Network
EDITORNEWS.ID - Perdana Menteri Ulf Kristersson telah mengakui terkait keputusannya dengan pihak NATO. Perdana menteri Swedia juga mengklaim bahwa jalan seperti itu bukan merupakan kegagalan.
Berbicara pada konferensi pers pada hari Selasa, 14 Februari 2023, Kristersson menggambarkan potensi masuknya negaranya ke NATO secara terpisah dari Finlandia sebagai skenario "malang".
Pernyataan Kristersson datang tak lama setelah Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bersikeras bahwa "pertanyaan utama bukanlah apakah Finlandia dan Swedia diratifikasi bersama," tetapi "bahwa mereka berdua diratifikasi sebagai anggota penuh sesegera mungkin."
Swedia dan Finlandia mengajukan permohonan resmi dari NATO pada pertengahan Mei 2022, mengingat serangan Rusia terhadap Ukraina. Sampai baru-baru ini, blok itu telah berbicara mendukung kedua negara Nordik diterima secara bersamaan.
Baca Juga: Update, Jumlah Korban Tewas di Turki-Suriah Melebihi 41.000 dan 26 Juta Orang Membutuhkan Bantuan
Dua puluh delapan dari 30 negara anggota NATO memberikan lampu hijau untuk mereka. Namun, Hongaria dan Turki menolak untuk memberikan persetujuan mereka, menghentikan proses tanpa batas waktu karena persetujuan bulat dari semua negara dalam aliansi diperlukan.
Sementara Budapest diperkirakan akan memberikan lampu hijau dalam beberapa minggu mendatang, keluhan Ankara belum ditangani secara penuh, terutama dalam kasus Swedia.
Turki menuduh negara Skandinavia itu menyembunyikan teroris, dan hubungan semakin tegang bulan lalu ketika seorang politisi sayap kanan secara terbuka membakar salinan Al-quran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm.
Pada akhir Januari, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengindikasikan bahwa negaranya "dapat merespons Finlandia secara berbeda jika perlu," yang dapat membuat Swedia "terkejut."
Baca Juga: Korea Selatan-Turki Semakin Mesra Akibat Curahan Bantuan yang Dilakukan dengan Sepenuh Hati
