Inflasi Inggris Menjerit: Harga Bahan Kebutuhan Rumah Tangga Semakin Tidak Terkendali

25 Maret 2023, 00:22 WIB
Inflasi tahunan yang diukur oleh indeks harga konsumen mencapai 10,4 persen /

EDITORNEWS.ID - Harga makanan dan minuman non-alkohol telah melonjak ke tingkat yang terakhir terlihat pada tahun 1977, berdasarkan data statistik resmi menunjukkan.

Harga konsumen di Inggris secara tak terduga melonjak pada bulan Februari, didorong oleh melonjaknya tagihan makanan dan energi, Kantor Statistik Nasional (ONS) melaporkan pada hari Rabu, 22 Maret 2023.

Inflasi tahunan yang diukur oleh indeks harga konsumen mencapai 10,4 persen bulan lalu yang melebihi perkiraan konsensus 9,9 persen di antara para ekonom.

Dan naik dari 10,1 persen pada Januari, dengan menempatkan tekanan lebih lanjut pada rumah tangga di Inggris.

ONS mengaitkan peningkatan tajam dengan meningkatnya biaya makanan segar, minuman non-alkohol dan kenaikan harga makanan restoran.

Baca Juga: Sulit Diprediksi Cryptocurrency Bukanlah Alat yang Dapat Diandalkan untuk Investasi Karena Volatilitasnya

"Harga makanan dan minuman non-alkohol naik ke tingkat tertinggi dalam lebih dari 45 tahun dengan kenaikan khusus untuk beberapa item salad dan sayuran karena biaya energi yang tinggi dan cuaca buruk di seluruh bagian Eropa menyebabkan kekurangan dan penjatahan," Kata kepala ekonom ONS Grant Fitzner.

Inflasi keseluruhan untuk makanan dan minuman non-alkohol melonjak menjadi 18 persen, level tertinggi sejak 1977.

Lonjakan inflasi yang mengejutkan selama Februari mengikuti tiga bulan berturut-turut kenaikan harga yang melambat, yang memberi harapan bahwa Inggris bergerak lebih jauh dari tertinggi sekitar 41 tahun di 11,1 persen.

Data tersebut muncul menjelang pengumuman Bank of England tentang suku bunga pada hari Kamis, 23 Maret 2023, dan kemungkinan akan menambah tekanan pada keputusan regulator di tengah pergolakan yang sedang berlangsung di sektor perbankan global.

Bank sentral Inggris telah meningkatkan biaya pinjaman agresif dalam upaya menjinakkan inflasi.

"Mengingat pergerakan pasar akhir-akhir ini, ini menempatkan Bank of England dalam posisi yang sangat sulit karena mungkin tidak cukup untuk menekan jeda pada kenaikan suku bunga," Richard Carter, kepala penelitian minat tetap di Quilter Cheviot, mengatakan kepada Reuters.

Rumah tangga di Inggris terus berjuang dengan melonjaknya tagihan pangan dan energi, sementara pekerja di berbagai sektor telah meluncurkan aksi mogok massal dalam beberapa bulan terakhir di tengah perselisihan lebih dari gaji dan kondisi.***

Editor: Aditya Ramadhan

Tags

Terkini

Terpopuler