EDITORNEWS.ID - Kieran McAnulty, menteri manajemen darurat, mengatakan bahwa sementara Selandia Baru sekarang melalui badai terburuk, lebih banyak hujan dan angin kencang diperkirakan.
Perdana Menteri Chris Hipkins mengucapkan, "musibah ini telah menjadi malam yang besar bagi warga Selandia Baru di seluruh negeri, tetapi khususnya di Pulau Utara bagian atas masih banyak keluarga yang mengungsi, banyak rumah tanpa listrik, kerusakan luas terjadi di seluruh negeri".
Negara itu menderita banjir yang luas, tanah longsor dan kerusakan jalan dan infrastruktur, tambahnya.
Gabrielle berjarak 100 km (60 mil) timur Auckland, dekat pantai timur Pulau Utara negara itu dan diperkirakan akan bergerak ke timur-tenggara — kira-kira sejajar dengan pantai.
Baca Juga: PBB Telah Mengecam Kegagalan untuk Mengirimkan Bantuan yang Sangat Dibutuhkan di Turki-Suriah
Cuaca buruk akan meluas ke bagian atas Pulau Selatan saat topan bergerak, kata peramal cuaca.
Selanjutnya, pihak berwenang telah mengevakuasi permukiman pantai dan masih meminta orang-orang untuk meninggalkan rumah karena sungai terus membengkak dan air pasang naik. Jalan ditutup, layanan telepon seluler turun dan beberapa kota terputus.
Hipkins mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan berapa banyak orang yang mengungsi atau terluka. Tidak ada kematian yang dikonfirmasi.
Kemudian, media lokal menerbitkan foto dan video orang-orang duduk di atas bangunan yang dikelilingi oleh air banjir, rumah-rumah yang tersapu ke dasar bukit oleh tanah longsor dan jalan di bawah air.
Baca Juga: 3 Gempa Bumi Terparah Yang Pernah Terjadi Sejak Tahun 2000
Seorang sukarelawan pemadam kebakaran tetap berada di dalam sebuah rumah yang telah meluncur menuruni bukit di kota tepi pantai, kata dinas pemadam kebakaran dan darurat nasional. Seorang lainnya telah diselamatkan dan berada dalam kondisi kritis di rumah sakit, katanya.
Sebuah kapal perang angkatan laut Selandia Baru sedang menuju ke kapal pesiar yang menyalakan suar daruratnya pagi ini di lepas pantai timur.
Jelasnya, Selandia Baru menyatakan keadaan darurat nasional setelah gempa bumi pada tahun 2011 dan ketika pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020.***