Walhi menyatakan setidaknya ada tiga penyebab kerusakan Sungai Batanghari semakin parah setiap tahunnya.
Baca Juga: Mobil Pengangkut Uang Rp25,5 Miliar Terbalik di Padang Pariaman Warga Ikut Mengumpulkan Uangnya
Pertama, maraknya aksi pertambangan tanpa izin (PETI) yang terjadi di hulu hingga hilir sungai, di mana pertambangan ilegal yang banyak ditemui di sepanjang sungai adalah pertambangan emas dan galian C, mercuri dan logam berat lainnya.
Kedua, tangkapan air (water catchment area) menjadi hancur dan rusak sehingga air tidak dapat ditampung dan dialirkan kembali yang mengakibatkan pendangkalan atau sedimentasi di aliran sungai Batang Hari dan menurunkan kualitas air sungai.
Ketiga, kemudian deforestasi yang mengakibatkan berkurangnya penguapan air tanah oleh pohon.
Ia menyatakan saat ini terdapat 82 pabrik kelapa sawit di Provinsi Jambi yang sebagian besar berkontribusi kepada kerusakan sungai Batanghari.
Baca Juga: Terungkap yang Sebenarnya saat Ditertawakan Laporan Suami Hilang Ternyata Keterangan Palsu
Alih-alih diperbaiki sungai Batanghari yang semakin terancam dan kini ditambah lagi dengan adanya rencana angkutan batubara melalui sungai yang direncanakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi, hal ini tentunya akan menambah pencemaran di dalam sungai dikarenakan jatuhan batubara dari kapal tongkang pengangkut, ungkap Abdullah.
Hal serupa juga dikatakan Kornel merupakan tim ekspedisi alam dan pemerhati Sungai Batanghari yang ikut menggelar ekpedisi alam mengatakan,“Kita sampaikan kepada masyarakat agar selalu menjaga sungai bersih dari tambang ilegal dan menurutnya ini merupakan sejarah pertama kali di Jambi,” katanya.***