Nyala Harapan Kian Redup Untuk Para Penyintas, Korban Tewas Naik di Atas 16.000 di Gempa Turki-Suriah

- 9 Februari 2023, 21:10 WIB
Tim Penyelamat tetap mengais di antara puing reruntuhan demi mencari korban selamat
Tim Penyelamat tetap mengais di antara puing reruntuhan demi mencari korban selamat /

EDITORNEWS.ID - Korban tewas akibat gempa dahsyat yang menyerang Turki-Suriah telah melampaui 16.000 jiwa hari ini, Kamis, 9 Februari 2023. Tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk mencari penyintas yang masih terjebak di antara bongkahan reruntuhan.

Pejabat resmi dan medis melaporkan 12.873 orang telah meninggal di Turki dan 3,162 orang di Suriah dari gempa berkekuatan 7,8 SR pada hari Senin hingga hari ini mencapai 16.035 jiwa. Sementara puluhan ribu lainnya dinyatakan terluka.

Tim penyelamat di Turki dan Suriah tanpa henti terus menggali dan mencari tanda-tanda kehidupan pada tiap sudut dan celah reruntuhan. Tim yang melibatkan lebih dari dua lusin negara telah bergabung dengan puluhan ribu personel darurat lokal dalam upaya tersebut.

Beberapa perwakilan negara Asia, yakni Pakistan, Arab Saudi, dan China. Dari Eropa ada Inggris dan Rusia. Sisanya yang sudah terjun adalah Amerika Serikat dan Australia. Sementara Indonesia dilaporkan segera mengirimkan bantuannya.

Baca Juga: Seorang Bayi Perempuan Terlahir di Bawah Puing Reruntuhan Gempa Turki-Suriah, Bukti Keajaiban Nyata

Namun skala kerusakan akibat gempa dan gempa susulan yang dahsyat itu begitu besar dan tersebar di wilayah yang begitu luas sehingga banyak orang masih menunggu pertolongan. Para ahli berpendapat kemungkinan selamat bagi mereka yang masih terjepit di bawah bongkahan material bangunan juga makin sempit. Meskipun demikian, mereka juga mengatakan terlalu dini untuk mengubur harapan.

"72 jam pertama dipertimbangkan sebagai masa kritis," kata Steven Godby, pakar bencana alam di Universitas Trent Nottingham Inggris.

"Rasio kelangsungan hidup rata-rata dalam 24 jam adalah 74 persen, setelah 72 jam menjadi 22%, dan pada hari kelima menjadi 6 persen," sambungnya. Dilansir dari APnews, Kamis (9/2).

David Alexander, seorang profesor perencanaan dan manajemen darurat di University College London, menambahkan bahwa data dari gempa bumi di masa lalu menunjukkan kemungkinan selamat sekarang sangat kecil, khususnya bagi orang-orang yang terluka parah.
"Secara statistik, hari ini adalah hari dimana kita akan berhenti mencari orang," katanya, Rabu. "Itu tidak berarti kita harus berhenti mencari."

Baca Juga: Presiden Erdogan Mengakui 'Kekurangan' Setelah Mendapatkan Kritik Terkait Gempa yang Menewaskan Ribuan Orang

Halaman:

Editor: Aditya Ramadhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x