EDITORNEWS.ID - Isu-isu seputar minoritas seksual di Jepang menjadi sorotan setelah Kishida memecat Masayoshi Arai, salah satu sekretaris eksekutifnya, awal bulan ini.
Koichi Hagiuda, kepala kebijakan LDP, mengatakan dalam sebuah program TV bahwa dia akan melakukan upaya untuk "menempa konsensus" tentang masalah ini, tanpa benar-benar menjelaskan apa yang akan terjadi, di dalam partai sekitar tiga bulan sebelum Jepang menjadi tuan rumah KTT Kelompok Tujuh di Hirosima pada bulan Mei.
Selanjutnya, Partai Demokrat Liberal yang berkuasa akan mempercepat diskusi tentang RUU yang akan mempromosikan pemahaman tentang minoritas seksual.
Seorang anggota parlemen senior mengatakan pada hari Minggu, di tengah meningkatnya kritik terhadap sikap konvensional pemerintah terhadap hak-hak LGBTQ.
Kemudian, Jepang tetap menjadi satu-satunya negara Kelompok Tujuh yang tidak secara hukum mengakui pernikahan sesama jenis atau serikat sipil, karena banyak anggota LDP konservatif, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Fumio Kishida, telah menentang konsep tersebut.
Kishida, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang moderat yang dovish, juga telah mengadopsi sikap hati-hati untuk mengakui pernikahan sesama jenis di Jepang.
Menjelang KTT itu, kekhawatiran meningkat di antara para pejabat pemerintah bahwa Jepang akan dikecam oleh negara-negara G7 lainnya karena kurangnya kerangka hukum untuk melindungi hak asasi manusia dan martabat orang-orang LGBTQ, kata sumber yang dekat dengan Kishida.
Arai, seorang birokrat elit, mengatakan selama percakapan off-the-record dengan wartawan satu hari sebelum dia diganti bahwa dia "tidak ingin tinggal bersebelahan" dengan pasangan LGBTQ dan bahwa dia "bahkan tidak ingin melihat mereka."
Baca Juga: Presiden Iran, Ebrahim Raisi, Akan Mengunjungi China Sebagai Bagian Dari Langkah Terbaru Beijing
Hagiuda, anggota kunci dari kelompok intrapartai konservatif dalam LDP, mengatakan pada hari Minggu, "Diskriminasi dan prasangka yang tidak adil tidak boleh diizinkan." Faksi yang dia miliki adalah yang terbesar di partai.
Kaum konservatif Jepang, yang biasanya menekankan pada tradisi negara seperti peran wanita dalam melahirkan dan membesarkan anak, menentang pernikahan sesama jenis, dengan alasan bahwa sistem tersebut dapat berdampak pada struktur kehidupan keluarga.
Kishida, seorang anggota parlemen veteran yang mewakili daerah pemilihan di Hiroshima, sangat ingin menyampaikan visinya tentang dunia tanpa senjata nuklir pada KTT G7 mendatang di Hiroshima, sebuah kota yang hancur oleh bom atom AS pada Agustus 1945.***