Ramai-ramai Hujat Lesti, Mulai dari Aktivis hingga Psikolog

- 17 Oktober 2022, 08:50 WIB
Ramai-ramai Hujat Lesti, Mulai dari Aktivis hingga Psikolog
Ramai-ramai Hujat Lesti, Mulai dari Aktivis hingga Psikolog /Instagram

EDITORNEWS.ID - Prahara rumah tangga Lesti Kejora dan Rizky Billar tak habis-habisnya mendapat sorotan. Meski berujung damai, banyak kalangan masih menyayangkan keputusan Lesti.

Pasalnya, pilihan Lesti untuk kembali kepada sang suami mendatangkan banyak komentar negatif. Jika sebelumnya aktivis perempuan Melanie Subono angkat suara, kini giliran psikolog pernikahan yang member wejangan.

Pakar psikolog pernikahan, Lita Gading ikut menyayangkan keputusan Lesti tersebut. Padahal ia cukup salut kepada Lesti karena berani mengungkap kasus KDRT tersebut.

"Tadi saya salut kamu. Kamu itu pionir, penggerak, pemberani, lapor sama polisi. Bahwa kamu tak bisa dikasarkan di KDRT kan sama suami. Tapi kamu main cabut aja dengan alasan anak. Mental kamu mental bukan bintang besar, kamu kecil," tutur Lita dalam akun Instagramnya @litagading.psi.

Baca Juga: Sidang Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Beserta Terdakwa Lainnya Digelar Pagi Ini di PN Jaksel

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh psikolog klinis Anastasia Sari Dewi. Selain menyayangkan keputusan damai tersebut ia juga menjelaskan dalam kasus kekerasan atau KDRT ada yang namanya cycle of abuse.

Salah satu fasenya disebut dengan honeymoon. Bisa dikatakan pula sebagai fase saat pelaku dan korban berselisih dengan baik atau memilih berdamai.

"Pelaku khususnya, itu memperlakukan korban cenderung manipulatif. Seolah-olah membahas permasalahannya itu adalah kesalahan dari si korban," ungkap Anastasia.

Namun, Anastasia mengatakan fase honeymoon ini juga bisa berasal dari si korban. Mungkin si korban merasa perilaku kekerasan itu adalah bentuk rasa sayang, posesif, atau bahkan disebabkan kesalahannya sendiri.

Baca Juga: Buntut Video Viralnya, Nani Wijaya Pecat Asisten Rumah Tangga

JIka sudah di tahap itu si korban akan meragukan dirinya sendiri. Alhasil, ia juga akan ragu dalam mengambil keputusan.

"Jika sudah seperti ini, sudah kaitannya dengan diri korban itu sendiri yang dari awal mungkin insecure, kurang berani untuk mengatakan apa yang dia mau, apa yang dia yakini, sering dipatahkan opininya, atau disalahkan," kata Anastasia.

Anastasia mengungkapkan kondisi ini justru membuat harga diri korban semakin rusak. Sebaliknya, si pelaku akan semakin merasa apa yang dilakukannya benar dan akan menyalahkan korban.

Baca Juga: Indonesia Gagal Menjadi Tuan Rumah Piala Asia 2023, Tragedi Kanjuruhan Jadi Faktor Utama

Pihak ketiga sangat dibutuhkan dalam kasus ini. Anastasia menyebut adanya pihak ketiga berguna untuk memberi masukan yang netral dan logis.***

Editor: Aditya Ramadhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah