Amaq Sinta saat itu tidak berniat melarikan diri, dan memilih bertarung dengan keempat begal itu.
"Saya melakukan itu, karena dalam keadaan terpaksa. Dihadang dan diserang dengan senjata tajam, mau tidak mau harus kita melawan. Sehingga seharusnya tidak dipenjara, kalau saya mati siapa yang akan bertanggung jawab," tuturnya.
Amaq Sinta dan istrinya, Mariana (32), hanyalah seorang petani yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Selain itu, dia hanya warga biasa karena tidak pernah sekolah.***