Usulan Gelar Pahlawan Nasional untuk Sang Usmar Ismail Bapak Perfilman Indonesia

18 Maret 2021, 06:38 WIB
Umar Ismail /

 

EDITORNEWS - Seperti yang kita tahu Usmar Ismail adalah seorang sastrawan dan sutradara film Indonesia yang berdarah Minangkabau. Ia dianggap sebagai warga Indonesia pelopor perfilman di Indonesia. Usmar meninggal dunia karena stroke dalam usia 49 tahun.

Tahun ini bertepatan dengan Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret 2021, para insan film menyerukan dan meminta agar Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail agar mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Beberapa penghargaan diterima oleh Usmar Ismail di tahun 1962 ia mendapatkan Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno. Pada tahun 1969 ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI. Setelah meninggal dia diangkat menjadi Warga Teladan DKI.

Baca Juga: Selisih 11 Tahun? Song Hye Kyo dan Jang Ki Yong Bak Romeo dan Juliet Dalam Drama Now We Are Breaking Up 

Baca Juga: Bikin Lee Min Ho Terpesona, Kini Kim Go Eun Menghipnotis Shin Ha Kyun Susah Move On Darinya

Namanya diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Selain itu, sebuah ruang konser di Jakarta, yakni Usmar Ismail Hall, merupakan tempat pertunjukan opera, musik, dan teater, yang dinamai sesuai namanya.

Salah satu dasar itulah Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat, Wina Armada mengemukakan beberapa alasan yang membuat Usmar Ismail pantas untuk menjadi Pahlawan Nasional.

"Dia adalah perintis untuk semua hal di perfilman Indonesia, pertama dia lah yang meletakkan sinema Indonesia pertama, dibuat oleh orang Indonesia, kru orang Indonesia, semuanya lah, itulah film Indonesia pertama ("Darah dan Doa") dan ceritanya menarik," ujar Wina dalam forum "Sinergi Hari Film Nasional". Seperti yang dilansir oleh Antara, Rabu, 17 Maret 2021.

Baca Juga: Marzukie Ali Sebut Dinasti Cikeas Telah Ambil Alih Demokrat, Berikut Penjelasanya

Wina mengatakan selama ini belum ada pahlawan nasional yang berasal dari bidang kebudayaan, sebab rata-rata berasal dari dunia militer. Usmar Ismail sendiri memiliki latar belakang yang menarik, dia merupakan seorang tentara dan juga wartawan, bahkan pernah dianggap sebagai mata-mata oleh Belanda saat meliput peristiwa Perjanjian Linggar Jati.

Pria yang lahir pada 20 Maret 1921 itu juga merupakan orang yang membuat Festival Film Indonesia dan Festival Film Asia yang kemudian berkembang menjadi Festival Film Asia-Pasifik.

"Kedua adalah dia peletak sinema Indonesia di mata internasional, dia meletakkan sinema film Indonesia dikancah film internasional. Dia pejuang yang kemudian dilanjutkan oleh sineas-sineas lain," ujar Anggota Dewan Pers itu.

Baca Juga: Sebut KLB Demi Demokrasi Partai. Marzukie Ali Unggah 16 Menit Dinastisasi Demokrat di Akun Youtubenya

Menurut Wina, karya yang dihasilkan oleh Usmar Ismail merupakan film-film bermutu tapi juga disukai oleh masyarakat. Pada zaman itu, karya Usmar mampu mengalahkan Amerika bahkan mampu membuat cemas negara Adidaya itu.

Karya-karya Usmar Ismail dalam seni drama, puisi dan film memang sangat berpengaruh besar pada saat itu. Antara lain Tjitra pada tahun 1949 yang diangkat dari karya dramanya, Darah dan Doa tahun 1950, Enam Jam di Jogja pada tahun 1953 serta masih banyak karya lain yang dihasilkannya.

Pada masa penayangannya di Metropole Krisis menarik penonton berjubel selama lima minggu. Anak Perawan di Sarang Penyamun sempat diboikot peredarannya pada tahun 1962.

Baca Juga: Buat Fans Terpana, Pesona Lee Min Ho yang Memukau di Lokasi Syuting Pertama Drama Pachinko

Ia pernah aktif dalam bidang politik. Ia pernah menjadi ketua umum Lembaga Seniman Muslimin Indonesia (Lesbumi) (1962-1969), anggota Pengurus Besar Nahdatul Ulama (1964-1969), anggota DPRGR/MPRS (1966-1969).

"Masih banyak lagi jasa-jasa beliau termasuk yang mengangkat budaya dalam film-filmnya seperti 'Harimau Campak', itu ada kebudayaan Minang dan hampir semua film-filmnya bagus," kata Wina.

Saat ini Wina sudah menyiapkan 13 kontainer yang berisi bukti-bukti bahwa Usmar Ismail memang pantas dan laik untuk menjadi pahlawan nasional untuk diserahkan ke Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Gelar pahlawan ini nantinya diberikan oleh Presiden RI.

"Dia perintis dalam segala hal di perfilman Indonesia sehingga layak menjadi pahlawan nasional. Jadi doakan saja, nanti diputuskan gelarnya," lanjutnya.

Kritikus film menganggap karya-karyanya, seperti Enam Djam di Jogja dan Dosa Tak Berampun, mengandung ciri Indonesiawi. ***

Editor: Aditya Ramadhan

Tags

Terkini

Terpopuler