Network
EDITORNEWS.ID - G20 berada dalam pergolakan disonansi global menjelang pertemuan para menteri luar negeri anggotanya di New Delhi pekan ini. India memegang jabatan kepresidenan hingga 30 November 2023.
Acara dua hari yang dimulai pada Rabu, 1 Maret 2023, dengan makan malam gala adalah pertemuan awal menjelang KTT kepala negara yang akan diadakan di kota yang sama pada bulan September mendatang.
Perwakilan dari 20 ekonomi terbesar di dunia termasuk Uni Eropa yang beranggotakan 27 orang diperkirakan akan menghadiri acara tersebut.
"Selain itu, sembilan negara adalah undangan khusus yang bukan anggota pengelompokan, selain dari 13 organisasi internasional," kata Vinay Mohan Kwatra, menteri luar negeri India selama pengarahan media pada Rabu pagi.
Baca Juga: Komentar FBI dan CIA Terkait China yang Berusaha Mengaburkan Penyelidikan Asal-Usul Covid-19
Sebuah catatan awal yang menggelegar dikejutkan oleh Jepang yang menteri luar negerinya Yoshimasa Hayashi tidak akan menghadiri pertemuan itu, Kwatra mengkonfirmasi.
Diplomat top India itu mengutip "paksaan domestik" menteri itu — dia telah memilih untuk mengambil bagian dalam bisnis parlemen di dalam negeri — terlepas dari "hubungan sterling" New Delhi dengan Tokyo.
Namun, keputusan Hayashi seharusnya tidak dilihat sebagai hal yang tidak menguntungkan bagi New Delhi.
Sebaliknya, ini dapat diartikan sebagai tanda yang mengkhawatirkan bahwa G20 sendiri, untuk semua pengaruh ekonominya, dipandang tidak signifikan dalam iklim politik global saat ini.
