Beda Gagal Ginjal pada Anak dan Dewasa, Ada Kemungkinan Bisa Sembuh dengan Perawatan Intensif

31 Oktober 2022, 16:31 WIB
Ilustrasi Anak Sakit /

EDITORNEWS.ID – Kasus gagal ginjal akut sedang menjadi perhatian dan sorotan tajam. Pasalnya ratusan anak terjangkit penyakit ini dan 50 persen di antaranya meninggal dunia.

Banyak hal yang dicurigai sebagai penyebab gagal ginjal akut. Meski pada faktanya pihak pemerintah sedang meneliti penyebab pasti merebaknya penyakit ini.

Para pakar kesehatan di Indonesia pun terbagi menjadi dua kubu. Beberapa menyebut kasus gagal ginjal akut bisa jadi karena ada hubungannya dengan vaksin sementara kubu lain menyebutkan ada hubungannya dengan parasetamol.

Pemerintah sendiri belum memastikan apa penyebab utama dari merebaknya kasus gagal ginjal akut pada anak. Kecurigaan saat ini baru merujuk pada obat sirup yang mengandung cemaran EG dan DEG.

Baca Juga: Tuntut Penetapan Tersangka Baru, Aremania Siap Demo Berjilid-jilid

Prihal gagal ginjal, harus kita pahami, penyebab penyakit ginjal pada anak secara garis besar berbeda dengan orang dewasa. Dari berbagai penelitian, penyebab penyakit ginjal pada anak terbanyak adalah dari kelainan bawaan.

Kelainan bawaan sendiri bukan satu-satunya penyebab. Peradangan pada ginjal atau glomerulonephritis, infeksi dan autoimun juga menjadi penyebab munculnya penyakit ginjal apada anak.

“Pada tahap awal, penyakit ginjal pada anak sering kali tidak menunjukkan gejala sehingga terkadang bisa terlewat dan baru diketahui pada usia remaja. Gejala baru mulai timbul ketika fungsi ginjal sudah mulai menurun atau rusak,“ ujar dr. Ina Zarlina, Sp.A(K) dikutip dari rsabhk.co.id.

Baca Juga: Jin Ungkap Bagaimana Reaksi Member BTS Terhadap 'The Astronaut'

Penting diketahui, supaya bisa mencegah anak tidak mengalami kasus ini, penyakit ginjal yang kronis akan memberikan dampak pada tumbuh kembang anak. Sebab pasien pada penyakit ginjal biasanya mengalami gejala anemia.

Keadaan anemia kronis ini akan mempengaruhi pertumbuhan. Salah satunya anak akan terlihat lebih pendek dari anak-anak sebayanya, serta adanya keterlambatan dari tanda-tanda seks.

Pada keaadan ini juga dapat terjadi perburukan gizi, biasanya asam di tubuh meningkat dan menggangu penyerapan nutrisi seperti tidak napsu makan. Alhasil kondisi ini memengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan anak.***

Editor: Aditya Ramadhan

Tags

Terkini

Terpopuler