Nongkrong Minum Jamu? Akankah Jadi Trend Baru Mengalahkan Pamor Kopi

- 22 November 2020, 14:57 WIB
Ilustrasi Rempah Bahan Baku Pembuatan Jamu
Ilustrasi Rempah Bahan Baku Pembuatan Jamu /Dimar/Canva

EDITORNEWS - Jamu sudah mengakar pada kebudayaan masyarakat Indonesia. Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki warisan jamu tradisional yang menjadi andalan dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, meningkatkan stamina tubuh, hingga menjaga kecantikan.

Tak hanya dikenal di negara kita sendiri, jamu bahkan telah tersohor hingga ke mancanegara. Oleh karena itu jamu juga diusulkan agar dapat mendapat pengakuan dunia sebagai warisan budaya asli tanah air melalui UNESCO.

Mengapa jamu dapat berkembang dan tetap eksis dalam budaya kita, padahal kemunculannya sudah ada di zaman sebelum masehi? Karena Indonesia memiliki beragam jenis flora dan tanah yang subur, dengan puluhan ribu ragam floranya yang diketahui memiliki potensi menjadi tanaman obat.

Baca Juga: Ratu Debat Cawagub: Meningkatkan Sumber Daya Manusia di Pendidikan Kesehatan dan Ekonomi

Baca Juga: NGOPI(Ngobrolin Merapi) Bersama Komunitas Banyu Bening

Seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat masa kini, maka jamu tentu menjadi salah satu pilihan tepat untuk dikonsumsi sehari-hari karena menggunakan bahan alami.

Jamu tak mau kalah pamor melawan kopi yang memulai perjalanannya dari warung hingga jadi minuman yang digandrungi anak muda di kafe-kafe saat ini.

Acaraki, sebutan untuk peracik jamu pada zaman Majapahit, berniat mengubah citra jamu yang lekat dengan minuman kuno untuk orang tua jadi sesuatu yang bisa dinikmati semua umur termasuk anak muda.

Baca Juga: 19 Organisasi Masyarakat dan Organisaai Kepemudaan Riau Deklarasi Anti Money Politic

Baca Juga: Istana Berikan Sinyal Ke HRS Melakukan Pertemuan dengan Wapres

Acaraki memperkenalkan jamu dengan kemasan modern yang unik dan baru agar minuman tradisional itu bisa menjangkau lebih banyak orang.

"Kami ingin mengangkat citra bahwa jamu itu menyenangkan dan enak untuk dikonsumsi," tutur manajer Acaraki, Hardiana Prasanti, kepada Antara di Gedung Kerta Niaga 3, Kota Tua,

Para peracik jamu di kafe adalah orang-orang yang punya latar belakang sebagai barista atau bartender.

Sebab, alat yang digunakan sama, cuma bahannya yang berbeda. Menurut salah seorang acaraki, bermain-main dengan jamu lebih menyenangkan dan seru dibanding kopi.

Baca Juga: Pernyataan 'Offside' Jubir Wapres Soal Rencana Pertemuan Ma'ruf Amin dengan Rizieq Shihab

Berbagai macam eksperimen unik

Mengingat belum banyak sumber literatur untuk membuat jamu dengan gaya baru, mereka bereksperimen hingga mendapat hasil terbaik. Ada kepuasan tersendiri ketika menemukan solusi setelah sibuk mengulik.

Acaraki bisa bereksperimen dengan madu, yogurt, es krim, sampai sparkling water. Acaraki memadukan teknik menyeduh kopi dalam membuat jamu seperti V60, french press, cold drip, mokapot, sampai flairesso.

Golden Sparkling adalah salah satu andalan untuk pencinta kunyit dan asam. Minuman yang hanya disajikan dingin ini dicampur dengan gula dan soda yang segar di tenggorokan.

Baca Juga: Siap-siap, Pengguna Moge Akan Gunakan SIM C Berbeda, Ini Penjelsannya

Baca Juga: Wakil Ketua Bappilu Pusat Melakukan Persiapan Penguatan Konsulidasi DPC PBB Kota Pekanbaru

Baca Juga: Dua Warga Sipil Ditembak Mati, Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua

Kunyit dan asam juga bisa diminum serupa dengan affogato, pencuci mulut berupa espresso yang dituangkan ke es krim vanila di menu Vanilla Twilight.

Sebagai pengganti espresso, orang-orang bisa menuangkan kunyit dan asam di atas es krim vanila. Rasanya segar, ada sedikit jejak kunyit asam namun rasa yang tertinggal tetaplah es krim.

Kami mengalihkan fokus pada minuman Jaman Batu yang terdiri dari ekstraksi tiga jenis jahe -jahe merah, jahe gajah, jahe emprit- dipadukan dengan madu dan lemon.

Baca Juga: Kemensos Minta di Lakukan Validasi Ulang Bansos, Agar Penerimanya Tidak Itu Saja

Biji selasih selaiknya batu-batu kecil ditambahkan paling terakhir, sebagai pemanis serta memperkaya tekstur, sekaligus alasan mengapa ada nama "batu" di menu ini.

Ada pula menu Jaman Batu yang disajikan dengan es, jadi rasanya dingin. Namun, rasa jahenya cukup pekat dan terasa "menonjok" di tenggorokan, menciptakan rasa hangat. Asam dan manis dari lemon dan madu menyempurnakan petualangan rasa dari segelas minuman ini.

Baca Juga: Kepala Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Gorontalo Gelar Rapat Evaluasi Kinerja PK dan APK

Sementara beras kencur modern dengan tambahan kental manis dan krimer membuat rasanya bisa cocok untuk mereka yang tak biasa dengan jamu. Penasaran dengan rasa yang murni tanpa campuran apa pun, kami memesan beras kencur yang disaring hingga terasa lebih ringan, juga yang pekat.

Beras kencur saring dibuat menggunakan teknik V60, hasilnya serupa dengan teh, namun ada jejak-jejak beras kencur yang menempel di lidah. Sementara beras kencur yang pekat disajikan dalam gelas sloki. Beras kencurnya jauh lebih terasa dibandingkan versi saring. Gula disediakan secara terpisah bila ingin rasanya lebih manis.***

Artikelini pernah tayang dengan Judul "Bersiaplah, Minum Jamu Kini Jadi Tren Baru Saat Nongkrong dan Bisa Geser Pamor Kopi"

(Yusuf Wijanarko/Pikiran-Rakyat)

Editor: Dimar Aditya

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x