Penanganan Masalah HIV/AIDS Mulai Ditanggapi dengan Serius Oleh Kementerian Kesehatan

30 November 2020, 19:38 WIB
Pers Converense Kemenkes RI /Facebook Kementerian Kesehatan RI

EDITORNEWS - Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid mengatakan sebenarnya banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah sepanjang perjalanan HIV/AIDS di Indonesia sejak tahun 1987. 

Pertama kali ditemukan di Indonesia dan kemudian menjadi program nasional di Kementerian Kesehatan.

Di awal tahun 2012 estimasi orang dengan HIV/AIDS di Indonesia ada sekitar 630 ribu. Estimasi ini cukup baik karena kemudian angkanya turun menjadi 543 ribu di 2018.

Baca Juga: Kabar Gembira di Akhir Tahun 2020, 648KM Tol Trans Sumatera Siap Digunakan

“Jadi ini merupakan kerja bersama kita dan kerja semua. Tidak bisa hanya oleh sektor kesehatan saja, di berbagai lintas sektor dan lintas program ikut terlibat dari mulai upaya pencegahan sejak tentunya remaja, bagaimana mengubah perilaku beresiko seksual, ataupun bagaimana pengobatan dan sehingga seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS tidak jatuh pada kondisi terpuruk dan tetap beraktivitas secara normal,” kata dr. Nadia saat media briefing secara virtual, Senin, 30 November 2020 di Gedung Kemenkes, Jakarta.

Tahun 2019 lalu, Kementerian Kesehatan bisa melakukan tes khususnya untuk HIV, Sifilis, dan Hepatitis kepada dua juta lebih ibu hamil. Tahun ini, tambah dr. Nadia, mungkin karena terkendala COVID-19 ibu hamil yang dites baru pada angka 1,7 juta, di mana dari 1,7 juta ini kurang lebih 0,3% nya positif HIV/AIDS.

Baca Juga: Tinggi Kolom Erupsi Gunung Api Ili Lewotolok Mencapai 4.000 Meter Diatas Puncak

Kita kuatkan komitmen untuk berupaya mencegah ibu hamil yang positif HIV/AIDS menularkan kepada anaknya.“Ini yang sudah pasti supaya kita menghasilkan SDM yang tentunya berdaya saing dan tentunya nanti akan berkontribusi pada pembangunan secara umum,” ucap dr. Nadia.

Langkah awal yang kita lakukan adalah mencegah anak yang dilahirkan tidak terinfeksi HIV/AIDS melalui Program Aku Bangga Aku Tahu. Kemenkes juga berusaha mengurangi stigma dan diskriminasi yang dirasakan orang dengan HIV/AIDS.

Baca Juga: Menjelang Pilkada 9 Desember: Wakili Dandim, Sejumlah Protokol Kesehatan Ini yang Harus Diberlakukan

“Terutama pada anak-anak ataupun bayi yang tadinya HIV/AIDS positif kemudian mengalami stigma dan diskriminasi di masyarakat. Dengan Program Aku bangga Aku Tahu, untuk tahun ini kita berusaha mengurangi bahkan menghilangkan stigma dan diskriminasi,” Ucap dr. Nadia.

Dengan program Aku Bangga Aku Tahu, Kemenkes mengajak semua orang untuk mengetahui status HIV/AIDS nya.

Baca Juga: Segudang Manfaat Jahe Merah bagi Kesehatan

“Supaya memastikan pada saat nanti berkeluarga dan kemudian berencana untuk memiliki keturunan dipastikan sudah mengetahui status HIV/AIDS nya,” ujar dr. Nadia.

Ketua PP Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi dr. Ari Kusuma J, Sp. OG mengatakan untuk mengakhiri HIV/AIDS terdapat 3 ukuran yakni pertama zero infeksi baru, pemerintah akan menekan infeksi baru seminimal mungkin tidak ada kasus baru. Ditargetkan sebanyak 90% orang dengan HIV/AIDS mengetahui statusnya.

Baca Juga: Kemenkes RI Gencar Kampanyekan Protokol Kesehatan Lintas Sektor

Kedua zero kematian akibat HIV/AIDS, hal ini diukur dari 90% orang dengan HIV/AIDS diobati atau menjalani pengobatan ARV.

Ketiga zero diskriminasi, yakni 90% orang dengan HIV/AIDS tidak merasa terdiskriminasi.

Baca Juga: Menkopolhukam Mahfud MD Minta Rizieq Shihab Untuk Kooperatif dalam Rangka Penegakan Hukum

“Kita melihat masih banyaknya diskriminasi terhadap anak-anak dengan HIV/AIDS baik oleh keluarganya maupun oleh masyarakatnya masih mengalami stigma dan diskriminasi,” kata dr. Ari.

Ia menambahkan penanganan HIV/AIDS harus menjadi komitmen bersama. Untuk sampai ke sana memang tidak bisa bekerja seperti pemadam kebakaran, sudah kejadian barulah bergerak, tetapi kita mulai dari pencegahan penyakit menular pada perempuan usia produktif.

Baca Juga: Presiden Menginstruksikan Jajaran Daerah Melindungi Keselamatan Warga Dengan Pegang Penuh Kendali

“Di sinilah pentingnya pendidikan seksual, memahami kesehatan reproduksi bagi remaja,” ujarnya.***

Editor: Liston

Tags

Terkini

Terpopuler