96 Persen Perempuan Korea Menganggap Pernikahan dan Melahirkan Anak Tidak Penting

27 Februari 2023, 22:17 WIB
Survei dilakukan oleh Park Jeong-min, seorang profesor kesejahteraan sosial di Seoul National University /

EDITORNEWS.ID - Hanya empat persen wanita Korea yang belum menikah berusia 20-an dan 30-an melihat pernikahan dan melahirkan anak sebagai hal yang penting dalam hidup mereka, menurut survei baru-baru ini.

Survei dilakukan oleh Park Jeong-min, seorang profesor kesejahteraan sosial di Seoul National University dan diterbitkan dalam Korean Journal of Social Welfare Studies, Minggu, 26 Februari 2023.

Park mensurvei 281 pria dan wanita yang belum menikah berusia antara 20 dan 40 tahun tentang pemikiran mereka tentang pernikahan dan persalinan.

Hanya empat persen responden perempuan yang setuju dengan pertanyaan yang menanyakan apakah "pernikahan dan persalinan adalah bagian penting dari kehidupan seorang wanita," sementara sekitar 13 persen responden pria percaya demikian.

Baca Juga: Dari Semua Anggota BTS Siapakah Yang Memiliki Selera Fashion Paling Bagus ?

Selain itu, lebih dari 53 persen wanita setuju bahwa "pernikahan dan persalinan tidak penting dalam kehidupan wanita," dibandingkan dengan 26 persen pria yang menyetujui gagasan tersebut.

Hasil survei mengungkapkan lebih banyak tentang tingkat kelahiran Korea yang terus turun.

Menurut data statistik Korea terbaru, tingkat kesuburan total negara tersebut atau jumlah rata-rata anak-anak yang ditanggung seorang wanita dalam hidupnya turun menjadi 0,78 tahun lalu.

Angka tersebut menjadi terendah sejak negara itu mulai mengumpulkan data yang relevan pada 1970-an.

Baca Juga: Tujuan Hidup RM BTS yang Bukan Kaleng - Kaleng Ini Ternyata Juga Misi V BTS Sedari Dulu

Tingkat kesuburan total rata-rata negara-negara anggota OECD adalah 1,59 pada tahun 2020. Korea adalah satu-satunya negara OECD dengan tingkat kesuburan lebih rendah dari satu.

Tingkat tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda rebound meskipun ada upaya pemerintah selama bertahun-tahun untuk mendorong pasangan memiliki lebih banyak anak.

Selama 16 tahun terakhir, Korea menghabiskan sekitar 280 triliun won ($ 210 miliar) sebagai tanggapan atas anjloknya tingkat kesuburan.

Choi Seul-ki, pakar kebijakan kependudukan di Korea Development Institute melihat kebijakan pemerintah sebagai bumerang.

Dia mengatakan upaya mendorong kaum muda untuk menikah mungkin sebaliknya membuat mereka lebih skeptis tentang pernikahan.***

Editor: Liston

Tags

Terkini

Terpopuler