"Misalnya ada tayangan yang berdarah darah dan itu menakutkan dan lu gak blur, itu salah," ucap Agung Suprio menjelaskan.
"Itu salah, karena itu tayang di jam tayang anak dan membuat anak trauma, misalnya begitu, ngerti gak maksud gua," ujar Agung.
Jadi yang melakukan blur dan sensor itu adalah pihak TV sendiri, mereka yang tahu aturan dan batasan kelayakan suatu film dan acara, layak tayang atau tidak sesuai rambu dari KPI.
Selain itu Deddy Corbuzier juga mengungkapkan keprihatinan banyak orang tentang sedikitnya tayangan kartun untuk anak-anak.
"Apakah KPI bisa meminta TV untuk memperbanyak film kartun untuk anak karena banyak pertanyaan tentang itu dari orang," kata Deddy.
"Kembalikan film kartun untuk anak-anak kenapa isinya sinetron doang," ujar Deddy
"Ya, saya pernah berdiskusi dengan stasiun TV, menanyakan kenapa kok TV jarang menayangkan kartun Indonesia," ujar Agung.
Kebanyakan film kartun yang sekarang adalah kartun buatan luar yang disulih suarakan ke bahasa Indonesia.