Pawang Hujan Mendadak Jadi Sorotan, Simak Sejarah Singkat di Indonesia dan Sebutannya Sejak Zaman Baeheula

- 21 Maret 2022, 08:39 WIB
Heboh Pawang Hujan Sirkuit Mandalika 2022, Inilah Profil Lengkap Mba Rara Istiati
Heboh Pawang Hujan Sirkuit Mandalika 2022, Inilah Profil Lengkap Mba Rara Istiati /tangkap layar Instagram @rara_cahayatarotindigo/

EDITORNEWS.ID - Perhelatan MotoGP yang berlangsung di Sirkuit Mandalika, Lombok, pada Minggu, 20 Maret 2022, baru saja berakhir.

Namun ada sisi menarik dari perhelatan MotoGP Mandalika yang melibatkan pembalap dari sejumlah belahan dunia tersebut.

MotoGP Mandalika menghadirkan sosok pawang hujan yang menarik perhatian sejumlah pembalap.

Rara begitu sapaan akrab sang pawang hujan. Keberadaannya di area sirkuit dengan sesajennya mampu menarik perhatian dunia.

Baca Juga: Simak Alur Kedatangan Bagi Turis Asing Pemohon Visa On Arrival di Bandara Bali

Tak hanya pembalap, namun para jurnalis dari sejumlah negara turut mengabadikan aksinya.

Saat balapan sempat terhenti akibat hujan deras disertai angin, Rara hadir dan langsung melakukan aksinya.

Rapalan mantera dan peletakan sesajen menjadi ritualnya saat itu.

Tak berselang lama, hujan mereda. Aksi kebutan di atas kuda besi pun digelar dengan melahap 20 lap dari rencana awal 27 lap.

Baca Juga: Bali Sudah Buka untuk Turis Asing. Pengunjung Langsung Melonjak Drastis!

Sejak zaman baheula atau masa lalu, sebahagian masyarakat Indonesia menganggap peranan pawang hujan penting untuk menyelamatkan acara dari curahan hujan.

Seperti yang juga pernah terjadi saat pergantian tahun 2013 ke 2014 di Jakarta atau tepatnya perayaan pesta Night Festival.

Masyarakat Jakarta dan sekitarnya menyemut sepanjang Bunderan Hotel Indonesia hingga Monumen Nasional.

Bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, larut dalam pesta itu. Agar berjalan lancar, Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Jakarta turut menggunakan jasa pawang hujan.

Baca Juga: Dampak Negatif Limbah Minyak Terhadap Biota Laut

Harapannya sederhana agar mampu menghalau hujan dan perhelatan bisa berlangsung meriah tentunya.

Sejak kapankah tradisi pawang hujan hadir? DIkutip dari berbagai sumber, Budayawan dan ahli sejarah Betawi dari Lembaga Kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra, menjelaskan.

Pawang hujan hadir dari tradisi Betawi sejak berabad-abad silam. Penggunaan pawang hujan oleh para pejabat pemerintah dan masyarakat Betawi bukanlah hal aneh.

“Zaman baheula, istilahnya Dukun Rangkeng,” kata Yahya , dilansir dari Tempo, yang terbit pada pergantian tahun 2013-2014 lalu.

Baca Juga: Rekomendasi Makanan Khas Korea yang Enak dan Sehat, Pecinta K-Pop Wajib Coba

"Dukun Rangkeng ini selalu ada di setiap hajatan orang Betawi," ujar Yahya melanjutkan.

Hajat apapun, seperti pernikahan, sunatan, syukuran rumah baru, Dukun Rangkeng pasti dilibatkan.

"Sosok dukun ini, sudah menjadi semacam kesatuan dengan setiap upacara adat Betawi," katanya

Alumnus Jurusan Sejarah Universitas Indonesia itu menjelaskan, alasan pawang hujan disebut sebagai Dukun Rangkeng.

"Karena saat menjalankan ritualnya, sang dukun duduk di dalam sebuah kerangkeng bambu," ucapnya.

Baca Juga: Bercita - cita Ingin Pergi ke Korea Selatan? Intip Dahulu Tradisi dan Budaya Nya yang Unik

"Dia biasanya melakukan ritual di dalam kamar yang ditutup rapat," katanya lagi.

Dalam ritual itu, pemilik hajat harus menyajikan sejumlah sesajen.

Yakni kopi pahit dan kopi manis, kembang tujuh rupa, telur ayam kampung, aneka jajanan pasar, hingga pendupaan.

Selama melakukan ritual, sambung Yahya, semua sesajen tersebut disimpan di dalam kerangkeng bersama sang dukun yang merapalkan mantra.

Karena itu pula, Dukun Rangkeng punya nama lain, yakni Dukun Duduk Sajen.

Baca Juga: Wisata Hits Tersembunyi di Jepang, Tidak Banyak Orang yang Tahu

"Masyarakat Betawi percaya Dukun Rangkeng punya kemampuan memindahkan energi hujan dari satu tempat ke tempat lain," tutur Yahya.

Tak hanya memindahkan hujan, Dukun Rangkeng juga dianggap mampu menarik minat warga agar datang ke lokasi hajatan.

"Jadi, selain untuk menolak turunnya hujan, Dukun Rangkeng disewa orang yang mengadakan hajat untuk menarik warga agar datang meramaikan pesta," kata Yahya.

Hingga kini, Dukun Rangkeng masih digunakan oleh masyarakat Betawi. Namun, Dukun Rangkeng masa kini tak lagi menggunakan kerangkeng seperti zaman baheula.***KR

Editor: Liston


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah