Masjid Istiqlal dan Sosok Fredrerich Silaban, Pria Non Muslim si Perancang Kemegahan Bangunannya

21 Oktober 2022, 18:34 WIB
Masjid Istiqlal Kebanggan Bangsa, Ini Segudang Fakta Menarik di Balik Keindahannya /Sekretariat Presiden/YouTube

EDITORNEWS.ID - Masjid Istiqlal menjadi salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara.

Tentu saja, kehadirannya memberikan makna kemegahan dan kebanggaan bagi rakyat Indonesia.

Namun siapa sangka, di balik bangunan megahnya itu ada campur tangan sosok pria non Muslim yang menjadi sosok penting dalam arsitektur pembangunannya.

Berikut sejarah dan perjalanan berdirinya Masjid Istiqlal hingga hadirnya sosok Fredrerich Silaban.

Baca Juga: Najwa Sihab: LDR itu Justru Memperat Hubungan, Inilah Beberapa Tips Mempertahankan Hubungan LDR

Berdasarkan dari kutipan laman duniamesjid.islamic-centre menjelaskan bahwa Masjid Istiqlal memiliki makna Merdeka setelah lepas dari penjajahan selama lebih kurang 350 tahun.

Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan.

Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka.

Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan masjid.

Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Baca Juga: Jadi Bipolar Malah Bangga? Jangan Berasumsi, Kenali Apa itu Bipolar!

Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal.

Beliau juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal.

Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal melaporkan rencana pembangunan masjid itu kepada kepala negara.

Presiden Soekarno menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal.

Baca Juga: Awal Mula KDRT, Waspadai Fenomena Love Bombing

Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan di hadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.

Presiden Soekarno pun mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Pebruari 1955.

Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.

Sempat terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir.H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia.

Baca Juga: Baim Paula Melakukan Aksi Prank Berlebihan, Inilah Asal-usul Tradisi Prank

Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.

Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di bawahnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka.

Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid selalu berdekatan dengan kraton.

Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar lokasi.

Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina bekas benteng Belanda.

Baca Juga: Efeknya Ngeri! Dari Stres Hingga Kanker, Inilah 6 Sentilan Akibatnya Kalau Kamu Sering Overthinking
Selanjutnya panitia pembangunan masjid menggelar sayembara maket Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal.

Dengan membuat susunan dewan juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Sayembara berlangsung mulai 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955.

Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta.

Baca Juga: Dari Si Cinta Damai Hingga Si Kuat, Dari Tipe Tipe Kepribadian Manusia, Yang Manakah Dirimu?

Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator dan mengumumkan Fredrerich Silaban dengan disain bersandi KETUHANAN sebagai pemenangnya.

Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan pria yang beragama Non Muslim itu sebagai pemenang pertama.

Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000.

Karya emasnya itulah yang dipakai sebagai bangunan megah sebagai tempat beribadah umat Muslim di Indonesia. ***

Editor: Liston

Tags

Terkini

Terpopuler