Pandangan Rizal Ramli, Ekonomi Indonesia Sudah Masuk ICU

- 3 Oktober 2021, 14:21 WIB
Rizal Ramli, Ekonomi Indonesia Sudah Masuk ICU
Rizal Ramli, Ekonomi Indonesia Sudah Masuk ICU /

EDITORNEWS - Rizal Ramli, pakar ekonomi senior nasional, mengatakan kepada Fadli Zon bahwa secara umum ekonomi Indonesia sudah masuk ICU.

Rizal Ramli mengatakan hal tersebut dalam bincangnya saat diundang oleh Fadli Zon, Sabtu, 2 Oktober 2021 di perpustakaan kediamannya.

Pernyataan Rizal Ramli ini dikatakannya saat menjawab pertanyaan Fadli Zon.

"Pandemi sudah lebih dari satu setengah tahun dan kita melihat bahwa Indonesia termasuk negara yang dianggap secara ekonomi belum bangkit," kata Fadli Zon.

Baca Juga: Rizal Ramli Terkejut Saat Diundang ke Perpustakaan Fadli Zon, Ini Ternyata Isinya

Walaupun ada klaim dari seorang menteri pemerintahan yang mengatakan bahwa kita ini sudah sangat berhasil dibanding negara-negara lain.

Rizal Ramli menggambarkan bahwa ekonomi kita sebenarnya sudah dalam kondisi merah, sudah masuk ICU.

"Selama di ICU itu, kita diinfus terus-menerus dengan pinjaman luar negeri," ucap Rizal Ramli.

 Rizal Ramli mengakui memang dari segi nilai, pinjaman luar negerinya berkurang,  tetapi diinfus juga dengan cara mencetak uang oleh Bank Indonesia.

"Sebetulnya sudah sangat kritis, terutama akibat hutang yang sangat besar itu, bagaikan menggali lubang tapi nutup jurang," ujarnya.

Baca Juga: Jakarta Mengalami Deflasi Kembali, Ketua BPS: Ini yang Kedua Kalinya Selama Satu Tahun 2021

Menurut Rizal Ramli, likuiditas itu disedot, misalnya peredaran uang tahun lalu terjadi minus 3 persen dan bulan ini di bawah 1 persen.

"Biasanya, normalnya di atas 15 persen pertumbuhan kredit, jadi yang terjadi likuiditas itu tersedot dibelikan surat utang negara," ungkapnya.

Yield nya Surat Hutang Negara ini 6,5 persen dengan resiko nol persen karena dijamin negara.

Sementara selisih pengeluaran investasi perbankan dengan selisih bunga keutungannya sekitar 3 persen dan berisiko tinggi.

Akhirnya bagi Bank dan orang kaya untuk mengurangi resiko investasi, mereka lebih baik dan terdorong untuk membeli surat hutang negara.

Akibatnya likuiditas uang di masyarakat kecil dan menengah tersedot.

"Banyak golongan menengah kita punya aset, punya rumah, mobil dan punya tanah, tapi gak punya uang cash," ujar Rizal Ramli.

Mereka misalnya untuk mendapatkan uang cash menggadaikan aset untuk berusaha, investasi di sektor ekonomi kecil dan menengah.

Tetapi kenyataannya situasi dan keadaanya tidak mendukung, kondisi ekonomi tidak mengarahkan untuk usaha bisa bergulir dan tumbuh pada saat ini.

"Karena kondisi ekonomi kita tidak akan sembuh dengan cara penanganan kayak gini," kata Rizal Ramli.

Baca Juga: Lodewijk Freidrich Paulus Disebut Sebagai Pengganti Aziz Syamsuddin, Miliki Mobil Harley hingga Mercedes-Benz

"Sebetulnya suasananya susah bukan hanya karena pandemi, likuiditas disedot, rakyat tak punya uang dan tak punya daya beli, itu yang membikin semua susah," ujarn Rizal Ramli.

Jadi kemungkinan mereka untuk menebus dan mengambil kembali aset menjadi kecil.

Menjawab pertanyaan Fadli Zon, apakah kondisi tersebut akibat kesalahan diagnosa atau kesalahan pada implementasi kebijakannya.

Rizal Ramli mengatakan, dia mengamati bahwa kemampuan pemerintah dalam hal ini pejabat yang membidangi ekonomi sangat rendah.

Terutama dalam hal meramalkan keadaan perekonomian masa depan, apa permasahan yang mungkin timbul dan bagaimana mengambil kebijakan untuk mengatasinya.

Ramalan dan prediksi yang dilakukan pemerintah tentang masa kondisi perekonomian masa depan hampir selalu meleset, prediksinya meleset.

Sehingga, akibatnya keputusan dan kebijakan yang diambil menjadi salah dan tidak tepat.***

Editor: Liston


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah