Tragedi Kanjuruhan, Pengakuan Aremania Korwil Turen, Kami Seperti Dibantai di Dalam Stadion

- 3 Oktober 2022, 09:14 WIB
Sandoko salah satu Aremania yang menjadi saksi hidup tragedi Kanjuruhan.
Sandoko salah satu Aremania yang menjadi saksi hidup tragedi Kanjuruhan. /

EDITORNEWS.ID - Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan sebanyak 174 jiwa menyisakan satu kisah mengejutkan.

Kisah itu diungkap seorang Aremania julukan suporter Arema yang menjadi saksi hidup tragedi Kanjuruhan, Sabtu, 1 Oktober 2022.

Pengakuan itu diungkap Sandoko merupakan suporter Arema FC yang tergabung dalam Aremania Korwil Turen melalui unggahan video di akun Surya Arema.

Dalam unggahan video yang dilihat 4,1 juta dan mendapatkan 20 ribu like itu, Sandoko membeberkan awal mula kericuhan di Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Mendunia. Presiden Real Madrid Mengheningkan Cipta

Menurut penuturan Sandoko, insiden bermula dari dua orang suporter Arema FC yang nekat masuk ke lapangan untuk meminta foto bersama para pemain.

Sandoko mengaku sudah meminta petugas untuk melarang kedua suporter itu, namun kedua suporter itu tetap memaksa untuk bisa masuk ke lapangan.

Hingga pada akhirnya perbuatan kedua orang yang belum diketahui identitasnya itu memicu supoter lainnya untuk turun ke lapangan.

"Maaf pak jangan diberi izin takutnya malah bikin rusuh soalnya suasana masih panas," ucap Sandoko dari unggahan akun Surya Malang.

Baca Juga: Harjuna Putra Amankan Tiket Babak 8 Besar Terakhir Usai Kalahkan Tuak FC Lewat Drama Adu Penalti

Sialnya, sambung Sandoko, kedua suporter yang nekat itu justru membuat para pemain Arema FC lari, sementara petugas keamanan lain mencoba menghadang suporter tersebut.

Momen itu juga menarik perhatian suporter lain, bentrokan pun tak terhindarkan hingga membuat kondisi tak terkendali.

Sampai tiba pada momen polisi menembakkan gas air mata, bukannya ke arah penonton yang ada di lapangan tetapi gas air mata ditembakkan ke arah tribun penonton.

Yang notabene seluruh tiket yang dijual Panpel untuk laga tersebut terjual habis, itu artinya Stadion Kanjuruhan terisi penuh oleh masyarakat.

Baca Juga: Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Bertambah Menjadi 174 Jiwa, Sebagian Belum Teridentifikasi

Keputusan menembakkan gas air mata ke tribun penonton itu disesalkan Handoko, menurutnya pemicu permasalahan ada di lapangan bukan di tribun.

"Kenapa harus ditembakan ke tribun, hingga membuat kita semua sesak napas," ujar Sandoko.

"Padahal yang membuat masalah dibawah, kenapa tidak ditembakan dibawah saja," ucapnya melanjutkan.

Pilu dirasakan Sandoko, seluruh Aremania yang ada di stadion seperti dibantai hingga ratusan orang jadi korban meninggal insiden tersebut.

Baca Juga: Drama Sembilan Gol Warnai Pesta The Citizens

Lebih memilukan lagi, banyak anak-anak dan perempuan yang turut menjadi korban insiden tragis tersebut.

"Kami kayak dibantai di dalam stadion padahal ada anak-anak dan perumpuan," kata Sandoko.

"Pertanggung jawaban sesuai apa yang mungkin hak kami sebagai Aremania, apalagi untuk korban yang telah meninggal dunia," tuturnya.

"Bukan hanya minta maaf tapi bagaimana untuk kedepannya," ucapnya lagi.***

Editor: Liston


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x