Mengenang 25 Tahun Kepergian Legenda PSMS Medan Ramli Yatim, Pemain yang Jebol Gawang Jerman

21 November 2022, 18:50 WIB
Ramli Yatim, Legenda PSMS Medan yang berhasil jebol gawang Jerman. /

EDITORNEWS.ID - Minggu, 20 November 2022, menjadi pagi yang begitu spesial bagi pecinta sepakbola Sumatera Utara, khususnya Medan.

Pagi itu, hampir seluruh legenda PSMS Medan berkumpul di Stadion Mini Kebun Bunga Medan.

Kehadiran mereka tak lain untuk mengenang sejarah 25 tahun perjalanan legenda sepakbola PSMS Medan, dan atlet Sumut yang begitu tersohor pada masanya, yakni Ramli Yatim.

Ramli Yatim lahir di Tebing Tinggi 12 Juli 1921 dan menghembuskan nafas terakhirnya pada 10 November 1997 yang bertepatan dengan Hari Pahlawan.

Dalam agenda kegiatan yang diinisiasi putra Ramli Yatim, Ruslan Ramli Yatim itu, turut dilangsungkan pertandingan eksebisi bertajuk 'Pahlawanku Teladanku'.

Baca Juga: Siapa Sosok Fahad Al Kubaisi? Penyanyi yang Sukses Bawakan 'Dreamers' bersama Jungkook BTS di Piala Dunia 2022

Diikuti tiga tim yakni Pemrov Sumut, Pemko Medan dan Legenda PSMS, eksebisi berjalan penuh keakraban.

Bagaimanakah era keemasan yang telah ditorehkan Ramli Yatim, berikut catatan pengamat Sepakbola Medan, Indra Efendi Rangkuti yang dibagikan kepada Editornews.id, Senin, 21 November 2022.

Ramli Yatim mulai mengenal sepakbola di lapangan perkebunan Matapao bersama adiknya Ramlan Yatim. Bakat hebatnya kemudian menghantarkan dirinya ke kota Medan dan memulai karirnya di klub Medan Putera,

Kemudian Ramli pindah jadi pemain klub PO Polisi Medan. Setelah itu ia direkrut sebagai pemain utama PSMS Medan, yang kemudian mengorbitkan namanya ke Timnas.

Pecinta sepak bola era milenium mungkin menganggap Bambang Pamungkas sebagai sosok striker jago sundul di Indonesia. Jauh sebelum Bepe, nama Ramli Yatim sudah dikenal di Asia dan bahkan Eropa.

Baca Juga: Ternyata, Bola yang Dipakai dalam Piala Dunia 2022 Dari Indonesia dan Diproduksi di Madiun loh...

Sundulan mautnya mengantarkan Sumut menjuarai PON III pada 1953 di Medan, setelah satu sundulannya turut membawa Sumut meraih Medali Emas setelah mengalahkan Tim DKI Jakarta 3-1 di Final.

Ketika klub Austria GAK Graz bertandang ke Medan untuk berujicoba dengan PSMS pada 27 Juli 1954 Ramli Yatim menunjukkan aksinya. Kiper GAK Graz di buat kaget ketika bola operan dari Jusuf Siregar di depan gawang GAK Graz, di sambar Ramli dengan sundulan sambil terbang.

Dan bola pun bersarang di jala Gak Graz. Dan akhirnya GAK Graz harus menanggung malu setelah dikalahkan PSMS 3-0 lewat gol yang dicetak oleh Ramli Yatim, Jusuf Siregar dan Djumadi.

Begitu pun ketika klub asal Swiss, Grasshoppers bertandang ke Medan. Walau menang 4-2 dari PSMS, tetapi penjaga gawang Grasshoppers di buat geleng-gelang kepala oleh aksi Ramli Yatim.

Umpan silang Sjamsudin disambut dengan “heading” sambil memutar badan oleh Ramli Yatim yang berujung gol indah yang disambut aplaus meriah dari penonton.

Baca Juga: Ternyata, Bola yang Dipakai dalam Piala Dunia 2022 Dari Indonesia dan Diproduksi di Madiun loh...

Pada 20 September 1956 Timnas Indonesia yang dipersiapkan menghadapi Olimpiade Meleborne 1956 melakukan pertandingan ujicoba dengan Jerman Timur di Jerman Timur.

Pada pertandingan ini Ramli Yatim sempat membuat publik Jerman Timur terdiam ketika sundulan mautnya membobol gawang Jerman Timur.

Namun akhirnya Timnas harus mengakui keunggulan tim Jeman Timur dengan skor 1-3. Gol tersebut mencatatkan namanya sebagai pemain Indonesia terakhir yang membobol jala Jerman Timur.

Salah satu kelebihannya yang sulit ditiru adalah kemampuannya menyundul bola dengan bagian belakang kepala dan mampu menjadi gol.

Baca Juga: 6 Fakta Menarik Tuan Rumah Qatar di Piala Dunia 2022, Fakta Terakhir Agak Mencengangkan!

Kemampuannya ini sempat membuat pelatih Timnas saat itu asal Yugoslavia Tony Pogacknick geleng - geleng kepala karena beresiko membuat "gila" tapi Ramli Yatim mampu menunjukkan kualitasnya dengan aksi “heading” mautnya itu.

Sulit mencari penerusnya di Medan. Kemampuannya menyundul bola bisa diteruskan oleh juniornya di PSMS Medan Azis Tanjung dan anak didiknya di PSMS yang kelak jadi bintang PSMS dan Timnas Tumsila hingga dijuluki "Si Kepala Emas".

Sebagai pemain, Ramli Yatim sukses membawa PSMS meraih kemenangan melawan tim tim besar Eropa dan Asia hingga dijuluki "The Killer" dan sukses membawa Tim PON Sumut meraih Medali Emas PON 1953 dan 1957.

Bersama Timnas Ramli Yatim membawa Indonesia lolos ke Semifinal Asian Games Manila pada 1954 dan lolos ke Olimpiade Melbourne 1956.

Pada 13 Oktober 1950 Ramli Yatim dianugerahi PSSI sebagai “Pemain Terbaik” Indonesia dalam sebuah acara yang digelar di Kabupaten Malang setelah mengalahkan 2 pesaingnya waktu itu yaitu Amung (BIVB) dan V.D Kaden (Persija).

Baca Juga: Dipecundangi Equador 2-0, Qatar Tuan Rumah Pertama yang Kalah Pada Laga Pembuka di Piala Dunia

Pada Pembukaan PON 1953 di Medan Ramli Yatim juga mendapat momen istimewa ketika Presiden Soekarno memberi hadiah lukisan bergambar dirinya.

Sebuah bukti bahwa reputasi dan kemampuannya mendapat apresiasi dari pemerintah.

Kisahnya tak berakhir sebagai pemain namun juga pelatih dengan sejumlah prestasi yang telah ditorehkannya.

Indra Efendi Rangkuti pengamat dengan berjuta memori para atlet Sumut dan juga legenda PSMS Medan yang masih tersimpan rapi di kepalanya berharap kisahnya ini menjadi motivasi agar kembali hadir sosok Ramli Yatim lain di Sumatera Utara, terutama Kota Medan.***

 

Editor: Sylvia Hendrayanti

Tags

Terkini

Terpopuler