Network
EDITORNEWS.ID - Dalam survei terbaru terhadap pemuda berusia 20 hingga 40 tahun di Jepang, 80 persen pria dan wanita yang belum menikah mengatakan bahwa mereka menginginkan suatu hubungan, apakah itu pasangan nikah, hubungan serius, atau hubungan asmara biasa.
Tetapi mayoritas dari jumlah itu, 55 persen, mengatakan bahwa mereka cukup atau sangat pasif dalam pendekatan mereka untuk berkencan.
Revolusi yang dipicu oleh teknologi semacam ini di dunia perjodohan dan hubungan tidak kalah pentingnya di Jepang daripada di tempat lain, dan juga telah menjadi komponen inti dalam kebiasaan kencan penduduk asing.
Selain aplikasi yang dikenal secara internasional seperti Tinder dan Bumble, versi Jepang yang populer termasuk Omiai, Pairs, Tapple dan YYC (dalam urutan dari yang paling sedikit hingga yang paling kasual).
Baca Juga: Hadirnya Girl K-pop Virtual MAVE, Manusia Virtual Kini Dapat Bersaing Di Dunia K-pop yang Kompetitif
Berlawanan dengan panduan kencan di negara lain, orang Jepang merekomendasikan untuk membuat profil yang dengan jelas menguraikan kepribadian dan minat Anda daripada profil yang mencoba menjadi pintar.
Sementara itu, meningkatnya jumlah penduduk asing di Jepang telah membawa peluang baru dan tantangan budaya dalam ukuran yang sama.
Meskipun demikian halnya di sebagian besar negara, orang-orang di Jepang sangat sensitif tentang menjaga kehidupan pribadi dan profesional mereka.
Sementara sebagian kecil dari mereka dalam survei yang disebutkan di atas mengatakan mereka memiliki kekhawatiran tentang aplikasi kencan — 17 persen mengatakan mereka tidak akan menggunakannya — bentuk pertemuan orang ini masih menjadi pilihan utama dalam mencari calon pasangan.
