Cuaca Kering Jadi Momok Bagi Lahan Gambut di Tanjabtim Provinsi Jambi

8 Juli 2023, 13:03 WIB
Lahan gambut /editornews.id/

EDITORNEWS.ID - Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan salah satu wilayah yang memiliki hamparan rawa gambut luas di Provinsi Jambi. Pemerintah, peneliti maupun lembaga swadaya masyarakat banyak bersepakat, salah satu penyebab kebakaran berulang karena gambut kering.

Selama lahan gambut tak basah, kebakaran akan terus berulang. Pelbagai upaya dilakukan mulai dari peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi imbauan sampai penegakan hukum.

Selain hamparan rawa gambut terbuka, kebakaran lahan juga menjadi ancaman terbesar di kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS). Taman tersebut merupakan satu dari tiga Taman Nasional yang ada di Provinsi Jambi.

lahan gambut Tanjabtim

TNBS ini sendiri memiliki topologi gambut dan mangrove. Sehingga kendala terbesar yang mereka hadapi dalam pengelolaannya adalah ancaman kebakaran saat musim kemarau kering.

Baca Juga: Tidak Ingin Mediasi, SFA Minta Kasus Debi Ceper Lanjut ke Meja Hukum

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Helmi Agustinus saat dikonfirmasi melalui sambungan seluler mengatakan, luas wilayah kawasan hutan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur mencapai 203.201 hektare. Dari data tersebut, TNBS memiliki wilayah yang paling luas yakni sekira 116.605 hektare atau 57,18 persen.

"Berdasarkan catatan, laju kebakaran di Tnbs cukup luas pada 2015 atau 2019. Melalui citra satelit landsat 2015, kebakaran hutan di TNBS mencapai 23.747 hektare. Pada 2019 seluas 17.470 hektare yang terbakar," ujar Helmi, Sabtu, (8/7).

Kala itu, kata Helmi, pemadaman kebakaran hutan dan lahan gambut di Taman Nasional yang berbatasan dengan wilayah Sumatera Selatan tersebut, sulit dilakukan karena lokasi kebakaran berada jauh di dalam hutan dan akses jalan sulit.

"Benar. Soalnya itu kan di dalam hutan. Akses menuju kesana juga sulit. Harus lewat rawa dan tentunya banyak juga sarang hewan buas seperti Buaya hingga Harimau Sumatera sekalipun," jabar Helmi.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,4 Guncang DIY, Ini Dampak Kerusakan di Bantul

BPBD berharap, masyarakat desa sekitar TNBS agr tidak membuka lahan secara dibakar. Mengingat kawasan di sana merupakan areal vegetasi gambut yang cukup luas, sehingga mudah terbakar di tengah kondisi saat ini.

"Probabilitas El Nino melonjak 90 persen sejak Mei hingga Juli. Penyusutan air yang menyebabkan hamparan gambut mengering patut diwaspadai karena picu karhutla," jelasnya.

Terpisah, Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Paralegal Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Didik Kurniawan mengatakan, kebakaran di bawah permukaan tanah ini sulit terdeteksi karena gambut tidak menyala seluruhnya melainkan hanya membara di bawah//

"Api yang membakar gambut inilah yang menimbulkan banyak asap dan berkontribusi pada bencana asap selama beberapa tahun ke belakang di provinsi Jambi," ujar Didik saat dikonfirmasi melalui sambungan seluler, Sabtu (8/7).

Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,4 Guncang DIY, Ini Dampak Kerusakan di Bantul

Dalam kondisi basah, gambut merupakan penyerap karbon yang sangat baik hingga dapat membantu mengurangi panas bumi dan krisis iklim. Sebaliknya, gambut kering akan terus-menerus melepas karbon ke udara meski tanpa kebakaran sekalipun.

"Mengeringkan gambut berarti membuka celah kebakaran pada materi organik maha karya puluhan ribu tahun ini," lanjutnya.

Sampai saat ini, pemerintah setempat telah melakukan banyak upaya perlindungan dan perbaikan lahan gambut. Salah satunya dengan pembasahan gambut yang mengering melalui penyekatan di kanal-kanal gambut. Selain penyekatan, pembasahan lahan menggunakan sumur bor dan embung menjadi solusi.***

Editor: Sylvia Hendrayanti

Tags

Terkini

Terpopuler