Bahkan setelah menikah pun, Kartini tetap berjuang mewujudkan kesetaraan terhadap emansipasi perempuan dengan mendirikan sebuah sekolah untuk para perempuan.
Baca Juga: Polri Buka Penerimaan Bintara 2022, Cek Syarat Pendaftaran
Tentunya juga dengan dukungan dari suami Kartini Raden Adipati Joyodiningrat.
Pembangunan sekolah ini pun memiliki tujuan agar Kartini dapat mengajarkan kepada perempuan pribumi untuk mendapatkan pengetahuan.
Namun sayang, Kartini meninggal dunia setelah beberapa hari melahirkan anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Kartini meninggal dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Setelah kematiannya, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr.J.H Abendanon membukukan surat menyurat Kartini dengan teman-temannya di Eropa dengan judul "DOOR DUISTERNIS TOT LICHT" dengan arti "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Baca Juga: Besok Hasil SNMPTN 2022 Diumumkan, Berikut Link dan Info Cara Ceknya
Buku itu kemudian mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.
Sejak saat itu, kesetaraan gender pada perempuan sudah tak dianggap tabu lagi.
Berikut tadi penjelasan mengenai alasan pentingnya memperingati Hari Kartini sebagai sosok perwujudan kesetaraan gender di tanah air.