Tingkatkan Daya Kritis Jurnalis, TBJ Gelar Workshop Sastra

- 4 Desember 2020, 23:38 WIB
peserta workshop dari kalangan wartawan dapat melahirkan penulis kritik seni dari dunia media di Jambi.
peserta workshop dari kalangan wartawan dapat melahirkan penulis kritik seni dari dunia media di Jambi. /Deni/

“Terpenting, tetap patuhi protokol kesehatan (Prokes) dan menjalankan 3M; Menjaga jarak, Mencuci Tangan, dan Memakai Masker. Semua demi keamanan bersama, tidak ada toleransi di masa pandemi Covid-19. Kegiatan ini dapat berlangsung karena kita diharuskan mematuhi 3M, diharuskan dapat menjaga bersama,” Tegas Didin.

Pada hari pertama, Kamis 03 Desember 2020 menghadirkan narasumber Ricky A Manik (Cerpenis, Penulis dan Peneliti di kantor bahasa provinsi Jambi), H Mursyid Sonsang (Mantan Ketua PWI Dua Periode, Ketua Ikatan Alumni Lemhannas (IKAL) Provinsi Jambi, Pendiri SMSI, Pendiri dan Dewan Pembina JMSI).

Ricky A Manik, dengan materi bertajuk 'Berkenalan dengan Kritik Sastra' menyampaikan bahwa Seni bukan suatu kerumunan, tak pernah biasa dan sekadar. Seni itu jenius, kesempurnaan paripurna. Seni mengandung genus dan unsur pembeda. Dalam seni bukan saja ada prosedur, metode, hukum konstruksi, tetapi juga perusaknya. Seni adalah alat pengoptimalan objeknya.

Baca Juga: Hashim Djojohadikusumo Buka Suara Pada Awak Media, Didampingi Pengacara Hotman Paris Hutapea

Lalu TBJ juga hadirkan sosok wartawan senior di Jambi yaitu H Mursyid Sonsang, terkait kode etik jurnalistik, berfungsi untuk melindungi wartawan atau jurnalis dalam melaksanakan fungsi, tugas, hak dan kewajiban.,

Salah satu peserta workshop ,Titas Suwanda berharap dengan adanya peserta workshop dari kalangan wartawan dapat melahirkan penulis kritik seni dari dunia media di Jambi.

"Besar harapan kami selaku seniman, setelah menghasilkan karya lantas mendapat kritik yang dapat membangun seperti dulu ada di Jambi. Pada akhirnya akan meningkatkan kualitas karya, lama sekali belum terlihat generasi itu," Ungkapnya. 

Baca Juga: Tips Cara Membedakan Madu Murni Maupun Campuran

Sementara hari kedua, Jum'at, 04 Desember 2020,   hadir selaku narasumber Dr. Ipit Saefidier Dimyati (Dosen Pengajar Institut Seni dan Budaya Indonesia/ISBI Bandung) dihadapan 50 peserta workshop.

Materi berjudul 'Kritik Seni: Sebuah Pendekatan Holistik' Dr. Ipit Saefidier Dimyati, menuturkan Kritik seni sebagai kegiatan yang melakukan penilaian terhadap karya seni tentu saja titik tolak utamanya adalah bentuk atau gaya yang diciptakan oleh seniman. Akan tetapi, untuk sampai pada kesimpulan bahwa bentuk yang disajikan seniman itu indah atau tidak indah, menarik atau tidak menarik, serta memiliki makna atau tidak, maka kritikus terlebih dulu harus bisa mengungkapkan pokok soal, tema, atau pesan yang ingin disampaikan oleh seniman melalui karya seni yang diciptakannya.

Halaman:

Editor: Liston


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x