Mata Aremanita Merah Pekat karena Gas Air Mata, Pindad Sebut Efeknya Semakin Lama Kian Parah

15 Oktober 2022, 06:48 WIB
Suporter Arema FC (Aremania) Kevia Naswa Ainur Rohma (kanan) mengobati matanya yang memerah dengan dibantu ibunya di Kedungkandang, Malang, Jawa Timur, Rabu (12/10/2022). Kevia adalah salah satu dari 737 korban luka yang saat terjadinya tragedi Kanjuruhan berada di tribun 12 dan terkena gas air mata serta terinjak-injak penonton lain. / ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/

EDITORNEWS.ID - Salah satu korban tragedi Kanjuruhan dengan kondisi mata merah mengadukan ke posko tim gabungan Aremania (TGA) di Jalan Kawi, Malang. Fakta baru pun terungkap dari hasil pemeriksaan medis korban tragedi Kanjuruhan Malang.

Adalah Cahayu Nur Dewata dan Kevia Nazwa Ainur Rohma yang mengadu soal kondisinya. Mata kedua Aremanita tersebut masih memerah akibat tembakan gas air mata polisi saat Tragedi Kanjuruhan.

Meski sudah lebih dari 10 hari sejak tragedi terjadi, kondisi mata keduanya masih memerah. Lebih parahnya mata mereka tampak berwarna merah darah.

Keduanya bagian kecil dari 737 korban luka saat terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Saat tragedi terjadi, mereka berada di tribun 12 dan terkena gas air mata yang ditembakkan polisi serta terinjak-injak penonton lain.

Baca Juga: Korban Luka Tragedi Kanjuruhan Akibat Iritasi Gas Air Mata Terancam Buta Permanen

Menanggapi kabar viral tersebut, PT Pindad (Persero) sebagai produsen gas air mata tak bisa banyak berkomentar. Mereka tak ingin mencampuri urusan medis yang bukan domainnya.

"Kalau untuk itu akan lebih bijak dari tim medis yang mungkin lebih paham gejalanya terhadap manusia seperti apa karena bisa berbeda-beda," ujar VP Penjaminan Mutu K3LH PT Pindad, Prima Kharisma.

Menurutnya, gas air mata buatan Pindad bersifat iritan. Artinya, gas air mata tersebut berupa senyawa yang menyebabkan iritasi.

Dalam uji coba di ruang terbuka, kata Prima, efek yang dapat dirasakan, yakni kulit memerah, gatal, dan mata berair. Namun semuanya akan berangsur hilang setelah 20-30 menit.

Baca Juga: 131 Balita Terancam Cuci Darah, KPAI Minta Setop Peredaran Obat Penyebab Gangguan Ginjal

"Berdasarkan pengalaman pengujian dengan pengguna, jadi ada efeknya kulit merah kemudian gatal kemudian mata berair. Itu yang terjadi dan uji itu dilakukan di ruang terbuka dan efeknya itu hilang berangsur-angsur setelah 20 menit," ujarnya.

Meski begitu, Prima mengakui bahwa pihaknya belum pernah melakukan pengujian gas air mata yang diproduksinya di ruangan tertutup. Selama ini, kata Prima, pengujian selalu dilakukan di ruangan terbuka.

"Untuk di ruang tertutup sendiri kami belum pernah melakukan pengujiannya. Yang kami lakukan selama ini adalah di ruang terbuka. Tapi, di sini yang perlu dipahami adalah berapa banyaknya (gas air mata) karena itu ada yang berpengaruh. Pertama durasinya kemudian konsentrasinya, maka jika semakin lama itu (efeknya) akan semakin parah," kata Prima.***

Editor: Aditya Ramadhan

Tags

Terkini

Terpopuler