WHO Keluarkan Izin Darurat Penggunaan 7 Vaksin COVID-19

- 22 Januari 2021, 14:42 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19. /Pexels.com/Nataliya Vaitkevich

Baca Juga: Jepang dan Tokyo Menunda Olimpiade 2020 Akibat Korban Covid-19 Bertambah 

Baca Juga: Hal Penting yang Harus Dipahami dalam Perawatan Kulit

Pfizer belum menanggapi pertanyaan mengenai negosiasi kontrak pembelian dengan COVAX.

Kalender yang diterbitkan WHO dalam dokumen internal itu juga menunjukkan vaksin COVID-19 buatan Moderna kemungkinan akan mendapatkan izin pakai darurat dari badan kesehatan dunia pada akhir Februari 2021.

Moderna mengembangkan vaksin COVID-19 memakai teknologi mRna sebagaimana yang juga dilakukan oleh Pfizer.

Vaksin COVID-19 buatan Moderna sejauh ini telah mendapatkan EUA dari beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun, Moderna belum menanggapi pertanyaan terkait EUA dari WHO.

Baca Juga: Suzuki Jimny Akan Diekspor di Indonesia, Pembeli Harus Menunggu Hingga 2 Tahun

Vaksin COVID-19 buatan Johnson & Johnson (J&J) kemungkinan akan mendapatkan izin pakai darurat dari WHO pada Mei atau Juni 2021. J&J telah meneken perjanjian tidak mengikat dengan COVAX terkait pengadaan 500 juta dosis vaksin untuk waktu yang belum dapat dtentukan.

J&J belum mengumumkan hasil uji klinis vaksin buatannya, tetapi Uni Eropa berharap perusahaan akan mengajukan permintaan EUA pada awal Februari 2021.

Juru bicara J&J belum menjawab pertanyaan terkait pemberian izin tersebut.

Baca Juga: Bangun Pabrik Baru, China Targetkan Produksi Sinovac 1 Miliar dalam Setahun

China dan Rusia

WHO juga berencana mengeluarkan izin pakai darurat untuk dua vaksin COVID-19 buatan Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) dan Sinovac Biotech.

Sinopharm dan Sinovac telah mengajukan permintaan izin pakai darurat kepada WHO dan saat ini badan kesehatan dunia masih mengevaluasi temuan sementara dari hasil uji klinis vaksin.

WHO mengatakan keputusan akhir kemungkinan akan diumumkan paling cepat pada Maret 2021 untuk dua vaksin tersebut.

Baca Juga: Joe Biden Pertama Menjabat Presiden AS Langsung Memecat Kepala Staf Gedung Putih

Dua vaksin itu tidak masuk dalam daftar pembelian vaksin COVAX. Izin pakai darurat yang diterbitkan WHO juga tidak dapat jadi jaminan keduanya akan masuk dalam daftar pembelian COVAX.

Namun, COVAX dapat memfasilitasi distribusi dua vaksin itu ke negara-negara miskin yang membeli vaksin tersebut secara langsung.

Sinopharm telah mengajukan izin pakai darurat untuk dua vaksin COVID-19, tetapi EUA yang terbit Maret nanti kemungkinan hanya diberikan ke vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh anak perusahaannya, Beijing Institute of Biological Products Co., Ltd (BIBP).

Baca Juga: Setelah 13 Hari Operasi Pencarian Pesawat Sriwijaya SJ 182 Resmi Dihentikan

Vaksin yang dikembangkan BIBP/Sinopharm saat ini telah digunakan oleh Pemerintah China untuk program vaksinasi massal.

Sementara itu, Sinovac belum mengumumkan hasil uji klinis III, tetapi vaksinnya telah mendapatkan izin pakai darurat dari sejumlah negara, antara lain Brazil, Indonesia, dan Turki.

Sinopharm dan Sinovac belum menanggapi pertanyaan terkait pengajuan EUA ke WHO.

Dalam jadwal WHO itu, vaksin buatan Gamaleya Institute Rusia, Sputnik V, belum masuk daftar, meskipun pengembangnya telah menyerahkan dokumen terkait uji klinis III vaksin.

Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), lembaga yang mendanai pengembangan dan produksi Sputnik V, belum menanggapi pertanyaan terkait isi dokumen WHO itu.***

Halaman:

Editor: Aditya Ramadhan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x