Network
EDITORNEWS.ID - Presiden Jokowi juga dianggap melakukan lindung nilai dengan tidak sepenuhnya menjauhkan diri dari oposisi, yang telah menyatakan komitmennya untuk melanjutkan "kebijakan terbaik Jokowi'.
Misalnya, Jokowi tidak mengumumkan perombakan Kabinet pada Februari, meskipun ada seruan dari koalisi yang berkuasa untuk menggulingkan NasDem setelah menyatakan mendukung tokoh oposisi Anies Baswedan untuk 2024.
Hal ini membuat para pengamat berpikir bahwa Presiden dapat mempertimbangkan kembali untuk mempertahankan hubungan baiknya dengan NasDem dan Anies sebagai kontingensi untuk melindungi warisannya.
Pertemuan pekan lalu antara Luhut dan Surya, yang telah bertemu dua kali sebelumnya ketika ketegangan sedang terjadi antara yang terakhir dan Jokowi, dapat menunjukkan bahwa kedua kubu masih menegosiasikan win-win solution.
Baca Juga: Peluang Bagi Prabowo: Apakah Ia Akan Menjadi Cawapres atau Tetap Ngotot Jadi Capres Lagi
"Jokowi mungkin tampak mendukung Prabowo dan Ganjar, tetapi pada saat yang sama, dia mungkin juga masih menghitung apakah akan juga memberikan dukungannya untuk Anies.
Hal tersebut bisa saja dipertimbangkan sebagai langkah untuk mengamankan program dan kebijakannya," kata Agung Baskoro, direktur eksekutif konsultan politik Trias Politika Strategis.
"Pasangan Anies bisa menjadi pintu gerbang negosiasi bagi aliansi pimpinan NasDem dan kubu Jokowi.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, tokoh pro-pemerintah yang memiliki hubungan dekat dengan Jokowi, bisa jadi seseorang yang dibutuhkan Anies, karena kurang mendapat dukungan di Jawa Timur," imbuhnya.***
