Network
EDITORNEWS.ID - Bermula ketika Barbara Zitwer menangis. Dia tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang stres ketika membantu suaminya menjalani transplantasi organ setelah didiagnosis menderita kanker hati yang - jika tidak diobati - akan mengancam keselamatan nyawanya.
Dengan diliputi udara sedingin es pada pertengahan Januari dan pegunungan rindang di Kuil Jeondeung Korea Selatan—dirawat selama lebih dari satu milenium oleh para biksu Buddha. dia akhirnya berbagi ketakutan yang dia rasakan.
"Kami bahagia sekarang," kata biksu muda itu padanya, membuatnya tertawa.
Mengapa menyia-nyiakan masa kini yang membawa beban masa lalu, pikirnya, pesan yang masih dia renungkan hari ini setiap kali dia merasa cemas.
Baca Juga: Korea dan Arab Saudi Memiliki Hubungan yang Kuat dan Jangka Panjang Untuk Membangun Smart City
Zitwer melakukan perjalanan pertamanya ke Korea Selatan untuk menemukan penulis dari negara yang tidak dikenal dunia berbahasa Inggris—harapan membuat karya terjemahan mereka menjadi buku terlaris internasional.
Tetapi, dia tidak mengharapkan apa yang dia gambarkan sebagai pencerahan tentang menemukan kebahagiaan sambil menyeruput teh dengan seorang biarawan.
"Itu adalah pencerahan total, dan itu sangat indah; sangat sederhana," kata Zitwer dalam sebuah wawancara.
Sejak perjalanan pertama sembilan tahun lalu, dia telah membuat nama untuk dirinya sendiri mempromosikan karya terjemahan oleh lebih dari 40 penulis Korea Selatan ke Eropa dan Amerika Utara.
Baca Juga: Gempa Dahsyat Guncang Turki, Terasa Hingga Suriah
